Selasa, 25 Maret 2014

Bryozoa



Bryozoa
Bryozoa dianggap sebagai tumbuhan karena bentuk dan karakteristik dari Bryozoa menyerupai tumbuhan lumut. Namun, setelah penelitian lebih lanjut Bryozoa merupakan koloni dari hewan kecil-kecil, seperti hamparan lumut berbulu, menempel pada batu, benda atau tumbuhan air di perairan dangkal yang subur dan jernih. Bryozoa berasal dari bahasa yunani, bryon berarti lumut dan zoon berarti hewan. Filum Bryozoa dinamakan juga Polyzoa atau Ectoprocta, berasal dari kata ectos berarti di luar dan proctos berarti anus, maksudnya anus terletak di luar lophophore. Lophophore ialah lipatan dinding tubuh atau calyx yang mengelilingi mulut, dan mengandung tentakel bercilia.
Bryozoa adalah hewan yang berkoloni dan sessile. Tiap individu terbungkus oleh zooecium yaitu selubung dari khitin atau lapisan tebal kalsium karbonat yang tertutup khitin. Bryozoa hidup di laut dan beberapa hidup di air tawar. Beberapa jenis mengeluarkan benda berkapur seperti batu karang. Sebagian besar spesies bryozoan hidup di lingkungan laut, air dangkal. Beberapa silia beberapa bergerak tetapi beberapa koloni yang mampu merayap sekitar dan beberapa spesies dapat bergerak dalam butiran pasir. Fosil mereka sering ditemukan dalam batuan dimulai pada Ordovisium dan terjadi dalam berbagai bentuk. Mereka hidup oleh organisme mikroskopis pakan mengambang di air seperti diatom atau radiolaria, yang mereka ambil dengan tentakel kecil.

Tata Letak Daun, Rumus Daun dan Diagram Daun



  1. Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
  2. Ranting Alamanda (Allamanda chatartica L.)
  3. Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
  4. Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
  5. Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)



I.                   ANALISIS DATA
1.      Tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
Klasifikasi:
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Sub Classis      : Dilleniidae
Ordo                : Malvales
Familia            : Malvaceae
Genus              : Hibiscus
Species            : Hibiscus rosa-sinensis L.
(Sumber: Cronquist. 1981)
Pada praktikum kali ini, berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan bahwa pada batang tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) memiliki susunan daun tunggal dengan tata letak daun tersebar. Tumbuhan ini mempunyai bentuk batang bulat, upih daun tidak ada, tangkai daun silindris, sisi atas tegak pipih dan menebal pada pangkalnya. Arah tumbuh batang tegak menuju ke atas.
Rumus tata letak daun : 2/5, rumus daun merupakan perbandingan banyaknya daun yang tegak lurus yang dikelilingi garis spiral pada batang (a) dan jumlah daun yang dilewati (b) = a/b. Rumus ini diperoleh dengan menentukan daun pertama sebagai patokan (∆o), kemudian menentukan daun di atasnya yang persis tegak lurus dengan daun pertama tadi , setelah dapat baru menghitung jumlah daun pertama sampai daun yang tegak lurus tadi, pada bayam terdapat 5 daun yang melingkari batang sebanyak 2 kali sehingga ditemukan rumus daunnya 2/5.

2.      Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Klasifikasi :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Sub Classis      : Asteriidae
Ordo                : Gentiales
Familia            : Apocynaceae
Genus              : Allamanda
Species            : Allamanda cathartica L.
(Sumber: Cronquist. 1981)
Pada praktikum kali ini, berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan bahwa tanaman Alamanda memiliki daun yang ujungnya meruncing, pangkal daun tumpul, tepi daun rata dan pada permukaan daunya licin. Tanaman alamanda termasuk dalam golongan perdu berkayu dengan tinggi yang dapat mencapai 2 meter. Bunga alamanda berwarna kuning dan berbentuk seperti terompet dengan ukuran diameter 5-7.5 cm.  Tanaman ini memiliki bunga yang harum.
Pada tumbuhan yang tata letak daunnya berkarang tidak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi pada duduk batang yang seperti ini dapat memperlihatkan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain.

3.      Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
Klasifikasi :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Sub Classis      : Arecidae
Ordo                : Pandanales
Familia            : Pandanaceae
Genus              : Pandanus
Species            : Pandanus sp.
(Sumber: Cronquist. 1981)
Pada praktikum kali ini, berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan bahwa morfologi daun pandan yaitu daun dengan ujung segitiga lancip, tepi daun dan lapisan bawah dari pada ibu tulang daun berduri tempel (emergensia), berlilin dan hijau tua, daun bentuk pita berpelepah.
Tata letak daun pada tanaman pandan mengikuti garis-garis ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral yang melingkari batang atau dapat dikatakan karena terjadi pertumbuhan batang yang tidak lurus melainkan memutar, akibatnya ortostiknya ikut memutar yang disebut spirostik. Batang tanaman pandan memperlihatkan tiga spirostik atau disebut trispirotik. Oleh karena itu, tanaman pandan tidak dapat ditentukan rumus daunnya.

4.      Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Klasifikasi       :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Subclassis        : Caryophyllidae
Ordo                : Caryophyllales
Familia            : Amaranthaceae
Genus              : Amaranthus
Spesies            : Amaranthus spinosus L.
(Sumber: Cronquist. 1981)
Pada praktikum kali ini, berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan bahwa tanaman ini merupakan herba yang berumur satu tahun atau anual, susunan  daun tunggal dan tata letak daun tersebar dengan rumus daunnya 1/2 dan sudut divergensinya 180o.
Daun pada tanaman bayam letaknya berselang-seling dan pada setiap buku-buku batang tanaman ini hanya terdapat satu daun. Oleh karena itu rumus daun tanaman ini dapat dicari. Dan berdasarkan pengamatan serta perhitungan diketahui bahwa tanaman daun bayam, memiliki rumus daun (divergensi) 1/2. Yaitu untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan, garis spiral (spiral genetik) mengelilingi batang sebanyak 1 kali dan jumlah daun yang dilewati garis spiral tersebut sebanyak 2 daun. 
Jika diproyeksikan pada bidang datar, maka antara dua daun berturut-turut dapat dicari jarak sudutnya, dan sudut antara dua daun tanaman bayam (sudut divergensi) yaitu: 1/2 x 360° = 180°


5.      Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Klasifikasi       :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Sub classis       : Dilleniidae
Ordo                : Violales
Familia            : Caricaceae
Genus              : Carica
Species            : Carica papaya L.
(Sumber: Cronquist. 1981)
            Pada praktikum kali ini, berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan bahwa tanaman pepaya merupakan semak berbentuk pohon dengan tipe batang herba. Lurus, bulat silindris dengan permukaan batang memperlihatkan adanya berkas-berkas daun dan pada sebelah dalam terdapat spons dan memiliki rongga.
            Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) tata letak daunnya tersebar dengan rumus daun 3/8, maksud angka 3 (tiga) tersebut adalah untuk mempertemukan daun yang satu dengan yang lain yang terletak dalam satu garis yang sama harus mengelilingi batang sebanyak 3 putaran, dan maksud dari angka 8 (delapan) tersebut adalah pada saat melakukan tiga kali putaran jumlah daun yang dilaluinya adalah berjumlah delapan dan perhitungannya dimulai dari angka nol. Dengan menggunakan rumus daunnya, maka dapat dihitung sudut disvergensi 3/8 x 3600 = 1350.
 

Platyhelminthes


  ANALISIS DATA
1.      Planaria sp
Klasifikasi:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Platyhelminthes
Kelas               : Turbellaria
Ordo                : Tricladida
Familia            : Tricladidae
Genus              : Dugesia
Spesies            : Planariasp
(Sumber: Hegner&Engemen. 1968)
Planaria sp menunjukkan berbagai perilaku sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang yang meliputi cahaya, sentuhan, aroma, dan rasa. Selain itu daya regenerasi Planaria sp sangat unik, dimana planaria mampu memperbaiki bagian tubuh yang tidak sempurna menjadi bagian yang utuh seperti semula dalam waktu yang relatif singkat (regenerasi yang tinggi).
Planaria sp merupakan hewan yang hidup bebas dengan habitat yang berbeda-beda, beragam dari perairan yang yang berarus lambat dan tertutupi oleh bebatuan. Planaria merupakan pemakan makanan yang beraneka ragam (versatile feeder), ia juga mampu mencari-cari dan memakan bangkai hewan lain yang telah mati.
Planaria memiliki tubuh pipih (dorsoventral), bilateral simetri dan tidak bersegmen. Tubuh bagian dorsal memiliki auricle (aurikula/berbentuk telinga) dan eyespot (bintik mata), sedangkan tubuh bagian ventral terdapat mulut, pharynk, dan lubang kelamin. Tubuh memiliki peredaran darah, anus, dan coelom. Sedangkan system sarafnya masih sangat sederhana.
Mata planaria disebut dengan eye spot merupakan bintik mata yang sensitif terhadap cahaya matahari  sehingga planaria lebih banyak menghasbiskan banyak waktu di bawah bebatuan atau daun-daun. Pada kepala terdapat bagian yang mirip dengan bentuk telinga (auricle) dipenuhi oleh banyak reseptor kimia. Menggerakan kepala yang kesatu sisi ke sisi lain sehingga menyebabkan planaria mengetahui atau merasakan adanya sinyal kimia (bau) yang berdifusi dari sumber makanan.
Planaria memiliki kemampuan untuk bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara seksual adalah musiman, dan merekan merupakan hermafrodit, yakni memiliki keduanya, organ kelamin jantan dan betina. Telur dari seekor planaria hanya bisa difertilisasi oleh sperma dari yang lainnya. Setelah fertilisasi, di habitat alaminya, telur-telur dan yolk dibungkus oleh lapisan lengket yang bisa melekat dibawah batu-batu. Setelah musim kawin, organ kelamin didegenerasi dan kemudian meregenerasi kembali saat musim kawin tiba kembali. Untuk bereproduksi secara seksual, planaria menjalani proses yang dinamakan pembelahan melintang (transverse fission). Tubuh planaria terbagi menjadi dua fragment di bawah farink dan setiap porsi meregenerasi bagian tubuh yang hilang oleh jalan sel bakal (stem cell) yang dinamakan neoblast.

2.      Fasciola hepatica
Klasifikasi       :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Platyhelminthes
Classis             : Trematoda
Ordo                : Echinostomida
Genus              : Fasciola
Spesies            : Fasciola hepatica
(Sumber: Hegner&Engemen. 1968)
              Fasciola hepatica merupakan Platyhelminthes dalam kelas Trematoda. Trematoda disebut juga cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap di bagian depan (anterior) tubuhnya. Alat penghisap digunak n untuk menempel pada tubuh inang. Hewan-hewan yang tergolong Trematoda merupakan hewan yang hidup secara ektoparasit dan endoparasit. Oleh karena itu Trematoda merupakan hewan parasit, dia mengambil makanan berupa cairan tubuh atau jaringan inangnya saat ia menempel. Tubuhnya berbentuk seperti daun. Dinding tubuh tidak tersusun oleh epidermis dan silia. Tubuhnya tidak bersegmen dan tertutup oleh kutikula. Saluran pencernaannya terdiri atas mulut, faring, dan intestin (bagian saluran pencernaan dari pylorus sampai anus) tanpa adanya anus. Mulut terletak di bagian anterior dikelilingi sucker, bintik mata terdapat pada beberapa tingkat larva.Intestinnya bercabang-cabang.
Organ ekskresi berupa proton efridia. Pada Trematoda susunan system ekskresinya tidak jauh berbeda dengan kelas Turbellaria. Dalam arti sama-sama ditemukan komponen selapi (Flame cell) yang terbentuk dari proton efridia. Sel-sel api ini memiliki saluran-saluran yang menuju kesaluran pengumpul yang terdapat pada bagian ventral dan dorsal tubuh. Saluran pengumpul dorsal ada dua, dan saluran pengumpul ventral juga ada dua. Keempat saluran pengumpul itu bermuara pada saluran pengeluaran yang memanjang sepanjang tubuhnya, dan berakhir pada lubang pengeluaran yang terletak pada bagian posterior tubuhnya. Sel-sel api mengumpulkan bahan buangan dari sel-sel yang ada di sekitarnya untuk disalurkan keseluruh pembuangan.
Sistem saraf tidak berbeda dengan Turbellaria. Sistem saraf terdiri atas sepasang ganglion anterior yang dihubungkan dengan tali saraf longitudinal, dan tali saraf transversal (sistem saraf tangga tali).
Hewan spesies ini sebagian besar hermafrodit. Reproduksinya secara seksual atau generatif, yaitu persatuan antara gamet jantan dan gamet betina.  Alat reproduksi jantan: testis, vas deferen, seminal vesicle, penis, lubang kelamin. Larva: miracidium, sporocyst, redia, cercaria, metacercaria (bentuk infektif) Alat reproduksi betina: ovarium, oviduct, seminal receptacle/uterus, vagina, lubang kelamin.
Fasciola hepatiaca bersifat parasit karena membutuhkan inang untuk keberlangsungan hidupnya, oleh karenanya pada cacing dewasa hidup pada hewan vertebrata sebagai inang definitive yaitu pada ternak mamalia. Larvanya ada yang hidup bebas dan ada yang hidup di dalam tubuh inang perantara berupah ewan-hewan avertebrata.
Fasciola hepatica memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan setidaknya dua inang. Inang utama dan inang perantara. Berikut daur hidup dari Fasciola hepatica:
1.                  Reproduksi seksual Fasciola hepatica menghasilkan telur pada hati dan kemudian berpindah kealiran darah keempedu dan usus, kemudian keluar bersama tinja.
2.                  Telur menetas dan tumbuh menjadi mirasidium bersilia di tempat basah.
3.                  Mirasidium menginfeksi inang perantara yaitu Lymnaea atau siput air.
4.                  Mirasidium berubah menjadi sporokis di dalam tubuh inang perantara (siput air).
5.                  Sporokis berkembang secara aseksual menjadi redia.
6.                  Redia bermeta morfosis menjadi serkaria. Serkaria ini keluar dari tubuh siput dan menempel paa turmbuhan atau rumput air.
7.                  Serkaria membentuk cacing muda atau metaserkaria.
8.                  Metaserkaria termakan oleh hewan dan kemudian menjadi cacing dewasa  di dalam organ hati.